Pengolahan Bahan Pangan Setengah Jadi dari Serealia, Kacang-kacangan, dan Umbi Menjadi Makanan Khas Wilayah Setempat
A. Pengertian
Apa itu serealia, umbi, dan olahan pangan
setengah jadi sebagai berikut.
· Pengolahan bahan pangan adalah suatu kegiatan mengubah
bahan mentah menjadi bahan makanan siap dikonsumsi atau menjadi bahan setengah
jadi dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas dan memperpanjang masa simpan
bahan pangan.
· Serealia adalah jenis tumbuhan golongan
tanaman padi/padian/
· rumput/rumputan (Gramineae) yang dibudidayakan
untuk menghasilkan bulir-bulir berisi biji-bijian sebagai sumber
karbohidrat/pati.
· Umbi adalah organ tumbuhan yang mengalami
perubahan ukuran dan bentuk (pembengkakan) sebagai akibat perubahan fungsinya.
Organ yang membentuk umbi terutama batang, akar, atau modifikasinya.
· Olahan bahan pangan setengah jadi sering
disebut juga sebagai ‘produk pangan primer’ adalah mengolah bahan baku pangan
dengan proses pengawetan, baik pengawetan secara kimia, fisika ataupun mikrobiologi,
menjadi aneka ragam olahan pangan setengah jadi, yang selanjutnya digunakan
sebagai bahan baku pangan. Bahan pangan setengah jadi memiliki nilai ekonomi
lebih tinggi, karena dapat memiliki umur simpan yang lebih panjang dan dapat
diolah secara cepat sesuai kebutuhan.
Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa pengertian dari pengolahan bahan pangan
setengah jadi dari serealia dan umbi menjadi makanan
B.
Jenis
Berikut
ini akan diuraikan jenis makanan khas Indonesia yang dihasilkan dari penggunaan
bahan baku olahan bahan pangan setengah jadi dari serealia dan umbi dengan
bentuk potongan pipih tebal atau tipis, butiran besar, dan butiran halus.
1.
Olahan pangan setengah jadi dengan bentuk pipih tebal atau tipis
Produk pangan setengah jadi bentuk
pipih tebal atau tipis dari serealia antara lain kerupuk gendar, rengginang,
emping jagung, kerupuk bawang, bihun, dan mie. Produk pangan setengah jadi
bentuk pipih tebal atau tipis dari umbi antara lain kerupuk tette, keripik
singkong, sawut/gaplek ubi jalar, gaplek ubi kayu, dan kentang beku. Produk
pangan setengah jadi dari serealia dan umbi dengan bentuk pipih tebal/tipis
seperti kerupuk,
keripik,
dan kentang beku biasanya jika diolah menjadi makanan khas Indonesia digunakan
teknik menggoreng dengan menggunakan minyak. Namun untuk bentuk sawut/gaplek
ubi jalar maupun ubi kayu/singkong, diolah dengan berbagai teknik, bisa
dikukus, direbus, maupun digoreng. Berikut ini gambar dari olahan pangan
setengah jadi bentuk pipih tebal
atau
tipis dari serealia dan umbi. khas daerah setempat adalah mengolah produk
pangan primer, baik yang diproduksi oleh rumah tangga, industri kecil, ataupun
industri pengolahan
pangan
dengan teknologi tinggi menjadi makanan dengan karakteristikbudaya setempat.
2.
Olahan pangan setengah jadi dengan bentuk butiran besar
Produk pangan setengah jadi dengan
bentuk butiran besar dari bahan serealia adalah beras/beras instan, beras
jagung, jagung pipil kering dan beku, aneka butiran oat, aneka pasta,
beras/biji sorgum. Adapun, produk pangan setengah jadi dengan bentuk butiran
besar dari bahan kacang-kacangan adalah kacang hijau, kacang tanah, dan kacang
kedelai. Sedangkan, produk pangan setengah jadi dengan bentuk butiran besar
dari umbi adalah tiwul instan dan beras singkong. Produk pangan setengah jadi serealia,
dan umbi dengan bentuk beras, beras instan, beras jagung, aneka pasta, aneka
butiran oat, beras/biji sorgum biasanya jika diolah menjadi makanan khas
Indonesia dengan teknik dikukus atau direbus
3.
Olahan pangan setengah jadi dengan bentuk butiran halus
Produk pangan setengah jadi dengan
bentuk butiran halus dari serealia yaitu tepung beras, tepung jagung/maizena,
tepung terigu, dan tepung sorgum. Sedangkan, produk pangan setengah jadi dengan
bentuk butiran halus dari umbi yaitu tepung ubi jalar, tepung tapioka, tepung
talas, dan tepung kentang. Produk pangan setengah jadi serealia,
kacang-kacangan, dan umbi dengan aneka ragam jenis tepung biasanya jika diolah
menjadi makanan khas Indonesia dapat dengan aneka ragam teknik. Adapun, aneka
ragam tepung dari bahan serealia, kacang-kacangan, dan umbi dapat diolah
menjadi berbagai produk makanan khas Indonesia seperti; jenang (Jawa), aneka
ragam kue (seperti kue Adee singkong (Meureudu), bolu, lepet (Jawa), donat
(Jakarta), brownies (Bandung), dan lain-lain), bakpia (Jawa), es krim, mie,
roti, maupun keripik.
manusia memerlukan zat gizi dari
makanan dalam jumlah tertentu untuk kelangsungan hidupnya.Kata gizi berasal
dari bahasa Arab “ghidza” yang artinya makanan.
Oleh
karena itu, kita harus dapat membedakan pengertian antara bahan makanan dan zat
makanan/zat gizi/nutrisi.Zat makanan adalah satuan nutrisi yang menyusun bahan
makanan tersebut. Berdasarkan kegunaannyabagi tubuh zat gizi dapat
dikelompokkan menjadi tiga kelompok sebagai berikut.
Ø Kelompok zat gizi penghasil tenaga
(karbohidrat).
Bahan makanan yang mengandung
karbohidratantara lain dapat diperoleh dari beras, jagung,gandum, roti, mie,
makaroni, bihun, kentang,singkon, ubi, talas, umbi-umbian,
tepung-tepungan,gula, dan minyak.
Ø Kelompok zat gizi pembangun sel (protein).
Protein dapat diperoleh dari daging,
ayam, kelinci, telur, ikan, udang, susu, serta kacang-kacangan dan hasil
olahannya seperti tahu dan tempe.
Ø Kelompok zat gizi pengatur dalam jumlah yang
sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Zat pengatur banyak terdapat dalam
sayur-sayuran yang berwarna kuning, jingga, dan merah, serta buah-buahan.
C.
Teknik Pengolahan
1. Teknik Pengolahan Makanan Panas
Basah (Moist Heat)
Teknik pengolahan
makanan panas basah (moist heat) adalah mengolah bahan makanan dengan
menggunakan bahan dasar cairan untuk mematangkannya.Bahan dasar cairan yang
digunakan bervariasi seperti air, kaldu, santan, susu atau bahan lainnya. Suhu
cairan pada teknik pengolahan makanan panas basah tidak pernah lebih dari suhu
didih. Teknik ini mencakup merebus (boiling), merebus cairan menutup bahan
pangan (poaching), merebus dengan sedikit cairan (braising), menyetup/menggulai
(stewing), mendidih (simmering), mengukus (steaming), dan mengetim.
·
Teknik Merebus
(Boiling)
Teknik merebus (boiling) adalah mengolah bahan
makanan dalam cairan yang sudah mendidih.
·
Teknik Braising
Teknik braising adalah teknik merebus bahan
makanan dengan sedikit cairan (kira-kira setengah dari bahan yang akan direbus)
dalam panci
·
Teknik Stewing
Stewing (menggulai/menyetup) adalah mengolah
bahan makanan yangterlebih dahulu ditumis bumbunya, dan direbus dengan cairan
yang berbumbu dan cairan yang tidak terlalu banyak dengan api sedang.
·
Teknik Mengukus
(Steaming)
Teknik mengukus (steaming) adalah memasak
bahan makanan dengan uap air mendidih.
·
Teknik Simmering
Teknik simmering ini adalah teknik memasak
bahan makanan dengan saus atau bahan cair lainnya yang dididihkan dahulu baru
api dikecilkan di bawah titik didih dan direbus lama, di mana di permukaannya
muncul gelembung–gelembung kecil.
·
Teknik Mengetim
Teknik mengetim adalah memasak bahan makanan
dengan menggunakan dua buah panci yang berbeda ukuran di mana salah satu panci
lebih kecil.
2.
Teknik Pengolahan Makanan Panas Kering (Dry Heat Cooking)
Teknik pengolahan panas kering (dry heat
cooking) adalah mengolah makanan tanpa bantuan bahan dasar cairan untuk
mematangkannya.
·
Menggoreng dengan
Minyak Banyak (Deep frying)
Pengertian dari deep frying adalah memasak
bahan makanan dengan menggunakan minyak/lemak yang banyak hingga bahan makanan
benar–benar terendam sehingga memperoleh hasil yang kering (crispy).
·
Menggoreng dengan
Minyak Sedikit (Shallow frying)
Shallow frying adalah mengolah bahan makanan
atau proses menggoreng yang dilakukan dengan cepat dalam minyak goreng yang
sedikit pada wajan datar.
·
Menumis
(Sauteing)
Teknik menumis (sauteing) adalah teknik
memasak dengan menggunakan sedikit minyak olahan dan bahan makanan yang telah
dipotong kecil atau diiris tipis yang dikerjakan dalam waktu sebentar dan
cepat, diaduk-aduk, serta ditambah sedikit cairan sehingga sedikit
berkuah/basah.
·
Memanggang
(Baking)
Memanggang (baking) adalah pengolahan bahan
makanan di dalam oven dengan panas dari segala arah tanpa menggunakan minyak
atau air. Baking memiliki beberapa metode, sebagai berikut.
1.
Memanggang
kering. Ketika memanggang dengan oven, bahan makanan akan mengeluarkan uap air.
2.
Memanggang dalam
oven menambah kelembaban. Ketika memanggang bahan makanan, masukkan wadah
berisi air yang akan mengeluarkan uap air yang masuk ke dalam oven, menyebabkan
kandungan air dalam bahan makanan bertambah dan akan menambah kualitas makanan.
3.
Memanggang dalam
oven dengan menggunakan 2 wadah. Wadah pertama berisi bahan makanan, dan wadah
kedua diberi air.
·
Membakar
(Grilling)
Grilling adalah teknik mengolah makanan di
atas lempengan besi panas (gridle) atau di atas pan dadar (teflon) yang
diletakkan di atas perapian langsung. Suhu yang dibutuhkan untuk grill sekitar
292°C.
D.
Tahap Pengolahan
Perencanaan
• Identifikasi kebutuhan (menganalis kebutuhan
pengolahan pangan berdasarkan kondisi lingkungan kelas/kelompok/keluarga saat
ini) untuk ide/gagasan perencanaan produk pengolahan pangan.
• Ide gagasan (membuat rencana/ merancang
suatu pembuatan pengolahan pangan sesuai dengan hasil identifikasi kebutuhan)
Pelaksanaan/ Pembuatan
• Persiapan (merencanakan pembelian
bahan sesuai kebutuhan, alat dan pengolahan pangannya/pembuatannya mulai dari
pengupasan/pencucian bahan)
• Proses pembuatan, keselamatan kerja
dan hal khusus lainnya)
Penyajian/Pengemasan
• Wadah penyajian dan estetikanya
• Wadah kemasan, estetika, & kesehatan
Evaluasi
•
Merasakan hasil/produk pengolahan
pangan
• Mengevaluasi seluruh proses atau
setiap tahapan pembuatan pengolahan sebagai bahan perbaikan
E.
Penyajian dan Pengemasan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam
menyajikan penampilan olahan pangan
sebagai berikut.
1. Kombinasi Warna
Dalam tata saji, warna merupakan
faktor penting yang harus diperhatikan. Padu-padan warna yang indah merupakan
salah satu faktor yang menjadi nilai jual suatu hidangan. Kombinasi warna yang
buruk dapat merusak selera makan secara keseluruhan.
2. Bentuk, Tekstur, dan Kekentalan
Bentuk suatu hidangan dapat diciptakan
dari pemotongan bahan pangan. Bahan pangan dapat dipotong dadu, memanjang,
dirajang secara kasar atau halus, dibentuk lonjong, bunga atau bintang.
Bentuk-bentuk yang menarik mata saat memandang akan dapat meningkatkan selera
makan.
3. Rasa dan Suhu
Dalam penyajian satu menu hendaknya
kita juga perlu mengombinasikan rasa-rasa dasar seperti, rasa asin, rasa manis,
rasa pedas, rasa gurih, rasa pahit, dan rasa asam, maupun rasa yang sangat
berbumbu. Suhu dari olahan pangan yang dihidangkan juga perlu diperhatikan. Ada
olahan pangan yang enak dihidangkan saat panas ada juga yang cocok dalam kondisi
dingin. Misalnya, soto atau sop sebaiknya dihidangkan panas-panas, sedangkan
makanan penutup seperti es krim atau puding hendaknya dihidangkan dingin.
4. Alat Saji Makanan
1. Ada alat saji tradisional dan
modern.
Alat saji tradisional misalnya dengan wadah
rotan dengan dialasi daun pisang. Alat saji modern dapat berupa piring khusus
untuk menu hidangan utama, sup, maupun piring kecil untuk makanan penutup yang
dilengkapi sendok dan garpu yang sesuai.
5. Hiasan/Garnis
Hiasan atau garnis merupakan penunjang
penampilan pada olahan pangan yang dihidangkan. Hiasan ini dapat memberikan
aksen warna
yang mengugah selera, bentuk yang
bermacam-macam maupun tata saji
yang menarik.
6. Penyajian
Dalam menyajikan suatu hidangan pada
piring hendaknya memperhatikan semua hal yang perlu ditampilkan seperti yang
disebutkan di atas yaitu kombinasi warna, bentuk, tekstur dan kekentalan, rasa
dan suhu serta penggunaan alat saji. Tidak lupa faktor yang sangat penting
diperhatikan adalah kebersihan atau higienisnya suatu hidangan. Hidangan yang
tidak bersih akan langsung merusak selera makan seseorang.
Komentar
Posting Komentar